KIMIA MEDISINAL ANTIKONVULSI
ANTIKONVULSI
Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan
mengobati bangkitan epilepsi (Epileptic seizure ). Golongan obat ini lebih
tepat dinamakan antiepilepsi, sebab obat ini jarang digunakan untuk gejala
konvulsi penyakit lain. Bromida, obat pertama yang digunakan untuk terapi
epilepsi telah di tinggalkan karena ditemukanya berbagai antiepilepsi baru yang
lebih efektif. Fenobarbital diketahui memiliki efek antikonvulsi spesifik, yang
berarti efek antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek
hipnotiknya. Di Indonesia fenobarbital ternyata masih digunakan, walaupun di
luar negeri obat ini mulai banyak di tinggalkan. Fenitoin (difenilhidantoin),
sampai saat ini masih tetap merupakan obat utama antiepilepsi. Di samping
itukarbamazepin yang relatif lebiih baru makin banyak digunakan, krena
dibandingkan denganf enobarbital pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku
maupun kemampuan kognitif lebih kecil.
Mekanisme
Kerja
Mekanisme
kerja obst Antiepilepsi ini yang terpenting ada 2, yaitu :
1. Mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron dan fokus epilepsi.
1. Mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron dan fokus epilepsi.
2.
Mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh
dari fokus epilepsi
Cara
kerja anti konvulsi belum semuanya jelas. Namun, dari sejumlah obat terdapat
indikasi mengenai mekanisme kerjanya. Yaitu:
a. Meningkatkan ambang-serangan dengan jalan menstabilkan membran sel, antara lain asetazolamid dan felbamat.
b. Mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik abnormal di pangkalnya (focus) dalam SSP, misalnya fenobarbital dan klonazepam.
c. Menghindari penjalaran hiperaktivitas (muatan listrik) tersebut pada neuron otak lainnya, seperti klonazepam, dan fenitoin.
d. Memperkuat efek GABA : valproat dan vigabatrin, yang bersifat menghambat perombakan GABA oleh transminase, sehingga kadarnya di sinaps meningkat.
e. Mengurangi neurotransmisi glutamat :lamotrigin dan topiramat. Glutamat adalah suatu neurotransmitter lain, yang dapat turut menimbulkan serangan epilepsi. Pembebasannya dari asam amino ini dapat dicegah oleh lamotrigin.
GOLONGAN OBAT ANTI KONVULSI
a. Meningkatkan ambang-serangan dengan jalan menstabilkan membran sel, antara lain asetazolamid dan felbamat.
b. Mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik abnormal di pangkalnya (focus) dalam SSP, misalnya fenobarbital dan klonazepam.
c. Menghindari penjalaran hiperaktivitas (muatan listrik) tersebut pada neuron otak lainnya, seperti klonazepam, dan fenitoin.
d. Memperkuat efek GABA : valproat dan vigabatrin, yang bersifat menghambat perombakan GABA oleh transminase, sehingga kadarnya di sinaps meningkat.
e. Mengurangi neurotransmisi glutamat :lamotrigin dan topiramat. Glutamat adalah suatu neurotransmitter lain, yang dapat turut menimbulkan serangan epilepsi. Pembebasannya dari asam amino ini dapat dicegah oleh lamotrigin.
GOLONGAN OBAT ANTI KONVULSI
a.
Golongan Hidantoin
Pada
golongan ini terdapat 3 senyawa yaitu :
*
Fenitoin
*
Mefentoin
*
Etotoin
Dari
ketiga jenis itu yang sering digunakan adalah Fenitoin dan digunakan
untuk semua jenis bangkitan, kecuali bangkitan Lena. Fenitoin merupakan
antikonvulsi tanpa efek depresi umum SSP, sifat antikonvulsinya penghambatan
penjalaran rangsang dari focus ke bagian lain di otak.
b. Golongan Barbiturat
b. Golongan Barbiturat
Golongan obat
ini sebagai hipnotik- sedative dan efektif sebagai antikonvulsi, yang
sering digunakan adalah barbiturate kerja lama (Long Acting
Barbiturates). Jenis obat golongan ini antara lain fenobarbital
dan primidon, kedua 0b4t ini dapat menekan letupan di focus epilepsi
c.
Golongan Oksazolidindion
Salah
satu jenis obat tnya adalah trimetadion yang mempunyai efek memperkuat
depresi pascatransmisi, sehingga transmisi impuls berurutan dihambat ,
trimetadion juga dalam sediaan oral mudah diabsorpsi dari saluran cerna dan
didistribusikan ke berbagai cairan tubuh.
d. Golongan Suksinimida
d. Golongan Suksinimida
Yang
sering digunakan di klinik adalah jenis etosuksimid dan fensuksimid yang
mempunyai efek sama dengan trimetadion. Etosuksimid diabsorpsi lengkap melalui
saluran cerna, distribusi lengkap keseluruh jaringan dan kadar cairan liquor
sama dengan kadar plasma. Etosuksimid merupakan 0b4t pilihan untuk
bangkitan lena.
e. Golongan Karbamazepin
e. Golongan Karbamazepin
0bat ini
efektif terhadap bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik klonik dan
merupakan obat pilihan pertama di Amerika Serikat untuk mengatasi
semua bangkitan kecuali lena. Karbamazepin merupakan efek analgesic
selektif terutama pada kasus neuropati dan tabes dorsalis, namun mempunyai efek
samping bila digunakan dalam jangka lama, yaitu pusing, vertigo, ataksia, dan
diplopia.
f. Golongan Benzodiazepin
f. Golongan Benzodiazepin
Salah
satu jenisnya adalah diazepam, disamping sebagai anti konvulsi juga mempunyai
efek antiensietas dan merupakan 0bat pilihan untuk status
epileptikus.
g. Obat generasi
ke 2
Vigabatrin, lamotrigin, gabapentin, felbamat, tiagabin,
topiramat dan zonisamida.
Contoh-contoh obat Anti Konvulsi
Carbamazepine
Carbatrol
Clobazam
Clonazepam
Depakene
Depakote
Depakote
ER
Diastat
Dilantin
Felbatol
Frisium
Gabapentin
Gabitril
Keppra
Klonopin
Lamictal
Lyrica
Mysoline
Neurontin
Phenobarbital
Phenytek
Phenytoin
Penyebab
Terjadinya Kejang
Antara lain trauma terutama pada kepala, encephalitis (radang
otak), obat,birth trauma(bayi lahir dengan cara vacuum - kena
kulit kepala - trauma), penghentian obat depresan secara tiba-tiba, tumor,demam
tinggi, hipoglikemia, asidosis, alkalosis, hipokalsemia, idiopatik. Sebagian
kecil disebabkan oleh penyakit menurun. Kejang yang disebabkan oleh
meningitis disembuhkan dengan obat anti epilepsi, walaupun mereka tidak
dianggap epilepsi. Menurut International League Against Epilepsy (ILAE),
kejang dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok utama yaitu kejang parsial ( Partial
seizures) dan kejang keseluruhan (Generalized seizures). Kejang sebagian
dibagi lagi menjadi kejang parsial sederhana dan kejang parsialkompleks. Sedangkan
kejang keseluruhan dikelompokkan menjadi petit mal seizures (Absenceseizures); atypical
absences; myoclonic seizures; tonic clonic (grand mal) seizures; tonic,
clonic,atonic seizures.Pilihan Bangkitan Epilepsi Pemilihan obat untuk
terapi masing-masing bentuk epilepsi tergantung dari bentuk bangkitn
epilepsy secara klinis dan kelainan EEG nya. Tidak ada satupun pilahan epilepsi
yang dapat memuaskan dan diterima oleh semua ahli penyakit saraf. Pilahan
epilepsy secara internasioal tidak banyak membantu sebagai pedoman untuk
pembahasan obat anti epilepsi.Untuk maksud ini digunakan pilahan yang lazim
dipakai di klinik dan berkaitan erat dengan efektivitas obat antiepilepsi.
Pertanyaan
:
Bagaimana
bisa terjadinya kejang ?
Bagaimana
mekanisme kerja obst Antiepilepsi ?
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusHi ryani.. trimakasih informasinya dan saya akan mencoba menjawab salah satu pertanyaan yang ada.. mekanisme epilepsi ada 2 berdasarkan informasi yang saya ketahui: 1. Mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron dan fokus epilepsi.
BalasHapus2. Mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi.
semoga membantu
terimakasih kurnia..bisakah lebih rinci lagi
HapusSaya akan menjawab nomor 1,Kejang adalah gangguan aktivitas listrik di otak. Kondisi ini sering kali ditandai oleh gerakan tubuh yang tidak terkendali dan disertai hilangnya kesadaran. Kejang bisa menjadi tanda adanya penyakit pada otak, atau kondisi lain yang memengaruhi fungsi otak.
BalasHapusterimakasih telah membantu menjawab indah
HapusHai ryani, saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 1, Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah focus kejanga dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejangsebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. Lesi diotak tengah,thalamus, dan korteks serebellum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang
BalasHapusHai maryani saya akan membantu menjawab permasalahan no 1 dimana kejang dapat terjadi ketika chanel ion terbuka secara terus menerus sehingga dapat menyebabkan potensial aksi listri secara terus menerus dan menjadikan saraf dalam keadaab abnormal
BalasHapussangat membantu sekali chindy..terimakasih telah membantu
Hapusterimakasoh monik telah membantu menjawab
BalasHapus