kimia medisinal antihistamin
Histamin
(β-imidazoletilamin)
o suatu amin nabati yang ditemukan
oleh Dr.Paul Ehrlich pada tahun 1878.
o Merupakan senyawa
normal yang ada dalam jaringan tubuh, disintesis dari L-histidin oleh enzim
histidin dekarboksilase yang banyak terdapat di sel-sel parietal mukosa
lambung, sel mast, basofil dan susunan saraf pusat.
o Peran Histamin yaitu pada
berbagai proses fisiologis penting seperti regulasi sistem kardiovaskular, otot
halus, kelenjar eksokrin, sistem imun dan fungsi sistem saraf pusat.
o Apabila terjadinya rangsangan
senyawa alergen (spora, sinar uv, racun, cuaca,dan sebagainya), maka histamin
akan dikeluarkan dari tempat pengikatan ion pada kompleks heparin-protein dalam
sel mast sebagai hasil reaksi antigen-antibodi.
AntiHistamin
Ø obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan
bersaing pada sisi reseptor H1, H2 dan H3.
Ø Pada umumnya tidak dapat mencegah
produksi histamin, namun menghambat pelepasan histamin.
Ø Menghambat secara kompetitif interaksi
histamin dengan reseptor histaminergik.
Antihistamin sebagai penghambat dapat mengurangi
degranulasi sel mast yang dihasilkan dari pemicuan imunologis oleh interaksi
antigen IgE.
MACAM-MACAM
ANTIHISTAMIN
1. Antihistamin
(AH1) non sedatif.
a. Terfenidin
Merupakan suatu derivat piperidin, struktur kimia. Terfenidin diabsorbsi sangat cepat dan mencapai kadar puncak setelah 1-2 jam pemberian. Mempunyai mula kerja yang cepat dan lama kerja panjang. Obat ini cepat dimetabolisme dan didistribusi luas ke berbagai jaringan tubuh. Terfenidin diekskresi melalui faeces (60%) dan urine (40%). Waktu paruh 16-23 jam. Efek maksimum telah terlihat sekitar 3-4 jam dan bertahan selama 8 jam setelah pemberian. Dosis 60 mg diberikan 2 X sehari.
Merupakan suatu derivat piperidin, struktur kimia. Terfenidin diabsorbsi sangat cepat dan mencapai kadar puncak setelah 1-2 jam pemberian. Mempunyai mula kerja yang cepat dan lama kerja panjang. Obat ini cepat dimetabolisme dan didistribusi luas ke berbagai jaringan tubuh. Terfenidin diekskresi melalui faeces (60%) dan urine (40%). Waktu paruh 16-23 jam. Efek maksimum telah terlihat sekitar 3-4 jam dan bertahan selama 8 jam setelah pemberian. Dosis 60 mg diberikan 2 X sehari.
b. Astemizol
Merupakan derivat piperidin yang dihubungkan dengan cincin benzimidazol, struktur kimia. Astemizol pada pemberian oral kadar puncak dalam darah akandicapai setelah 1 jam pemberian. Mula kerja lambat, lama kerja panjang. Waktu paruh 18-20 hari. Di metabolisme di dalam hati menjadi metabolit aktif dan tidak aktif dan di distriibusi luas keberbagai jaringan tubuh. Metabolitnya diekskresi sangat lambat, terdapat dalam faeses 54% sampai 73% dalam waktu 14 hari. Ginjal bukan alat ekskresi utama dalam 14 hari hanya ditemukan sekitar 6% obat ini dalam urine. Terikat dengan protein plasma sekitar 96%.
Merupakan derivat piperidin yang dihubungkan dengan cincin benzimidazol, struktur kimia. Astemizol pada pemberian oral kadar puncak dalam darah akandicapai setelah 1 jam pemberian. Mula kerja lambat, lama kerja panjang. Waktu paruh 18-20 hari. Di metabolisme di dalam hati menjadi metabolit aktif dan tidak aktif dan di distriibusi luas keberbagai jaringan tubuh. Metabolitnya diekskresi sangat lambat, terdapat dalam faeses 54% sampai 73% dalam waktu 14 hari. Ginjal bukan alat ekskresi utama dalam 14 hari hanya ditemukan sekitar 6% obat ini dalam urine. Terikat dengan protein plasma sekitar 96%.
c. Mequitazin
Merupakan suatu derivat fenotiazin, struktur kimia lihat Gbr.1. Absorbsinya cepat pada pemberian oral, kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 6 jam pemberian. Waktu paruh 18 jam, Onset of action cepat, duration of action lama. Dosis 5 mg 2 X sehari atau 10 mg 1 X sehari (malam hari).
Merupakan suatu derivat fenotiazin, struktur kimia lihat Gbr.1. Absorbsinya cepat pada pemberian oral, kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 6 jam pemberian. Waktu paruh 18 jam, Onset of action cepat, duration of action lama. Dosis 5 mg 2 X sehari atau 10 mg 1 X sehari (malam hari).
d. Loratadin
Adalah suatu derivat azatadin, Penambahan atom C1 meninggikan potensi dan lama kerja obat loratadin. Absorbsinya cepat. Kadar puncak dicapai setelah 1 jam pemberian. Waktu paruh 8-11 jam, mula kerja sangat cepat dan lama kerja adalah panjang. Waktu paruh descarboethoxy-loratadin 18-24 jam. Pada pemberian 40 mg satu kali sehari selama 10 hari ternyata mendapatkan kadar puncak dan waktu yang diperlukan tidak banyak berbeda setiap harinya hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kumulasi, obat ini di distribusi luas ke berbagai jaringan tubuh. Matabolitnya yaitu descarboetboxy-loratadin (DCL) bersifat aktif
secara farmakologi clan juga tidak ada kumulasi. Loratadin dibiotransformasi dengan cepat di dalam hati dan di ekskresi 40% di dalam urine dan 40% melalui empedu. Pada waktu ada gangguan fiungsi hati waktu paruh memanjang. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg 1 X sehari.
Adalah suatu derivat azatadin, Penambahan atom C1 meninggikan potensi dan lama kerja obat loratadin. Absorbsinya cepat. Kadar puncak dicapai setelah 1 jam pemberian. Waktu paruh 8-11 jam, mula kerja sangat cepat dan lama kerja adalah panjang. Waktu paruh descarboethoxy-loratadin 18-24 jam. Pada pemberian 40 mg satu kali sehari selama 10 hari ternyata mendapatkan kadar puncak dan waktu yang diperlukan tidak banyak berbeda setiap harinya hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kumulasi, obat ini di distribusi luas ke berbagai jaringan tubuh. Matabolitnya yaitu descarboetboxy-loratadin (DCL) bersifat aktif
secara farmakologi clan juga tidak ada kumulasi. Loratadin dibiotransformasi dengan cepat di dalam hati dan di ekskresi 40% di dalam urine dan 40% melalui empedu. Pada waktu ada gangguan fiungsi hati waktu paruh memanjang. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg 1 X sehari.
2. Terdapat
beberapa jenis antihistamin, yang dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya
terhadap reseptor histamin.
a. Antagonis
Reseptor Histamin H1
Secara
klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya adalah: difenhidramina,
loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin
merupakan efek samping dari obat
ANTAGONIS
H1
Disebut
juga antihistamin klasik yaitu senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat
secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1.
Digunakan
untuk : alergi, antiemetik, antimabuk, antiparkinson, antibatuk, sedative,
antipsikotik, dan anastesi lokal.
Hubungan
struktur dan aktifitas antagonis H1
· Gugus
aril yang bersifat lipofil kemungkinan membentuk ikatan hidrofob dengan ikatan
reseptor H1
· Secara
umum untuk mencapai aktivitas optimal, atom pada N pada ujung amin tersier
· Kuartenerisasi
dari nitrogen rantai samping tidak selalu menghasilkan senyawa yang kurang
efektif
· Rantai
alkil antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin optimal bila jumlah
atom C = 2 dan jarak antara pusat cincin aromatic dan N alifatik = 5 -6 A
· Faktor
sterik juga mempengaruhi aktifitas antagonis H1
· Efek
antihistamin akan maksimal jika kedua cincin aromatic pada
struktur difenhidramin tidak terletak pada bidang yang sama
Berdasarkan
struktur kimianya, antagonis H1 meliputi :
1. Turunan
eter aminoalkil
2. Turunan
etilendiamin
3. Turunan
alkilamin
4. Turunan
Piperazin
5. Turunan
Fenotiazin
1. Turunan
etilendiamin
Rumus
:
Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Ø Merupakan
antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi, namun penekanan sistem saraf
dan iritasi lambung cukup besar.
Ø Etilendiamin terkandung
didalam antihistamin tipe piperazin, imidazolin dan fenotiazin.
Ø Pada
kebanyakan molekul obat adanya nitrogen kelihatannya merupakan
kondisi yang diperlukan untuk pembentukan garam yang stabil dengan asam
mineral.
Ø Gugus
amino alifatik dalam etilen diamin cukup basis untuk pembentukan garam, akan
tetapi atom N yang diikat pada cincin aromatik sangat kurang basis.
Ø Elektron
bebas pada nitrogen aril di delokalisasi oleh cincin aromatik
Hubungan
struktur antagonis H1 turunan etilen diamin
· Tripelnamain HC
memiliki efek antihistamin sebanding dengan difenhidramin dengan
efek samping lebih rendah.
· HCl
memiliki aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding
turunan etilendiamin lain.
· Mebhidrolin
nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil dalam sistem
heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.
2. Turunan
fenotiazin
Selain
mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas
tranquilizer,
serta dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesik dan sedatif.
Turunan
fenotiazin digunakan untuk pengobatan gangguan mental dan emosi yang moderat
sampai berat seperti skizofrenia, paranoia, psikoneurosis (ketegangan dan
kecemasan) serta psikosis akut dan kronik. Banyak turunan fenotiazin mempunyai
aktivitas antiemetik, simpatolitik atau antikolinergik.
Contohnya
promazin, klorpromazin, trifluoperazin, teoridazin, mesoridazin, perazin
(Taxilan), butaperazin, flufenazin, asetofenazin dan carfenazin digunakan
sebagai antipsikosis. Sedangkan proklorperazin dan perfenazin digunakan sebagai
antiemetik.
Turunan
fenotiazin mempunyai struktur kimia karakteristik yaitu sistem trisiklik tidak
planar yang bersifat lipofil dan rantai samping alkilamino yang terikat pada
atom N tersier pusat cincin yang bersifat hidrofil.
Hubungan
struktur antagonis H1 turunan fenontiazin
· Prometazin,
merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dengan masa kerja
panjang.
· Metdilazin
· Mekuitazin.
Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan untuk
memperbaiki gejala alergi
· Oksomemazin,
mekanismenya sama seperti mekuitazin
· Pizotifen
hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.
Hubungan
struktur dan aktivitas
· Gugus
pada R2 dapat menentukan kerapatan elektron sistem cincin.
Senyawa mempunyai aktivitas yang besar bila gugus pada Rr bersifat penarik
elektron dan tidak terionisasi. Makin besar kekuatan penarik elektron makin
tinggi aktivitasnya. Substitusi pada R2 dengan gugus Cl atau CF3 akan
meningkatkan aktivitas. Substituen CF3 lebih aktil dibanding Cl karena
mempunyai kekuatan penarik elektron lebih besar tetapi elek samping gejala
ekstrapiramidal ternyata juga lebih besar. Substitusi pada R2 dengan gugus
tioalkil (SCH3), senyawa tetap mempunyai aktivitas tranquilizer dan
dapat menurunkan efek samping ekstrapiramidal. Substitusi dengan gugus asil
(COR), senyawa tetap menunjukkan aktivitas tranquilizer.
· Substitusi
pada posisi 1,3 dan 4 pada kedua cincin aromatik akan menghilangkan aktivitas
tranquilizer.
· Bila
jumlah atom C yang mengikat nitrogen adalah 3, senyawa menunjukkan aktivitas
tranquilizer optimal. Bila jumlah atom C = 2, senyawa menunjukkan aktivitas
penekan sistem saraf pusat yang moderat tetapi efek antihistamin dan
anti-Parkinson lebih dominan.
· Adanya
percabangan pada posisi β-rantai alkil dapat mengubah aktivitas
farmakologisnya. Substitusi β -metil dapat meningkatkan aktivitas antihistamin
dan antipruritiknya. Adanya substitusi tersebut menyebabkan senyawa bersifat
optis aktif dan stereoselektif. Isomer levo lebih aktif dibanding isomer
dekstro.
· Substitusi
pada rantai alkil dengan gugus yang besar, seperti fenil atau dimetilamin, dan
gugus yang bersifat polar, seperti gugus hidroksi, akan menghilangkan aktivitas
tranquilizer.
· Penggantian
gugus metil pada dimetilamino dengan gugus alkil yang lebih besar dari metil
akan menurunkan aktivitas karena meningkatnya pengaruh halangan ruang.
· Penggantian
gugus dimetilamino dengan gugus piperazin akan meningkatkan aktivitas
tranquilizer, tetapi juga meningkatkan gejala ekstrapiramidal.
· Penggantian
gugus metil yang terletak pada ujung gugus piperazin dengan gugus -CH2CH2OH
hanya sedikit meningkatkan aktivitas.
· Kuarternerisasi
rantai samping nitrogen akan menurunkan kelarutan dalam lemak, menurunkan
penetrasi obat pada sistem saraf pusat sehingga menghilangkan aktivitas
tranquilizer.
· Masa
kerja turunan fenotiazin dapat diperpanjang dengan membuat bentuk esternya
dengan asam lemak yang berantai panjang seperti asam enantat dan dekanoat.
Antagonis
Reseptor Histamin H2
Reseptor
histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan
sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2)
dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula
dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus.
Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina,
roxatidina, dan lafutidina.
Antagonis
Reseptor Histamin H3
Antagonis
H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif.
Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan
schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.
Antagonis
Reseptor Histamin H4
Memiliki
khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan
analgesik. Contohnya adalah tioperamida.Beberapa obat lainnya juga memiliki
khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan
antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai
antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin.
Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.
Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.
Derivat
Fenotiazin
Farmakodinamik
: Salah
satu derivat dari fenotiazin adalah Klorpromazin (CPZ) adalah
2-klor-N-(dimetil-aminopropil)-fenotiazin. Derivat fenotiazin lain dapat dengan
cara substitusi pada tempat 2 dan 10 inti fenotiazin. CPZ
(largactill) berefek farmakodinamik sangat luas. Largactill diambil dari kata
large action. Sususan Saraf Pusat : CPZ
menimbulkan efek sedasi disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangasangan
lingkungan. Pada pemakaina lama dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi.
Timbulnya sedasi amat tergantung dari status emisinal penderita sebelum minum
obat. Klorpromazin berefek antispikosis terlepas dari efek
sedasinya. CPZ menimbulkan efek menenangkan pada hewan buas. Efek ini juga dimiliki
oleh obat obat lain, misalnya barbiturat, narkotij, memprobamat, atau
klordiazepoksid. Bebeda dengan barbiturat, CPZ tidak dapat mencengah timbulnya
konvulsi akibat rangsang listrik maupun rangsang obat. Semua derivat fenotiazin
mempengaruhi gangglia basal, sehimgga menimbulkan gejala parkinsonisme (efek
ekstrapiramidal ).CPZ dapat mempengaruhi atau mencengah muntah yang disebabkan
oleh rangsangan pada chemo reseptor trigger zone. Muntah disebabkan oleh
kelainan saluran cerna atau vestibuler.fenotiazin terutama yang potensinya
rendah menurunkan ambang bangkitan sehingga penggunanya pada pasien epilepsi
harus berhati-hati. Otot Rangka: CPZ dapat menimbulkan relaksasi
otot skelet yang berada daam keadaan spastik. Cara kerjanya relaksasi ini
diduga bersifat sentral, sebab sambungan saraf otot dan medula spinalis tidak
dipengaruhi CPZ.
Farmakokinetik:
Kebanyakan
antipsikosis absorbsi sempurna, sebagian diantaranya mengalami metabolisme
lintas pertama. Biovailabilitas klorpromazin dan tioridazin berkisar antara
25-35% sedangkan haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan antipsikosis
bersifat larut dalam lemak danterikat kuat dengan protein plasma(92-99%) serta
mamiliki volume distribusi besar ( >7 L/kg). Metabolit klorpromazin
ditemukan di urin sampai beberapa minggu setelah pemberian obat terakhir.
Mekanisme
kerja:
Obat
anti psikosis memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neurondi otak,
prosesnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2
reseptor antagonis). Obat anti psikosis yang baru (misalnya risperidone)
di samping berafinitas terhadap dopamine D2 reseptor juga terhadap
serotonin.
Efek
samping:
CPZ
menghambat ovulasi dan menstruasi. CPZ juga menghambat sekresi ACTH. Efek
terhadap sistem endrokin ini terjadi berdasarkan efeknya terhadap hipotalamus.
Semua fenotiazin, kecual klozapin enimbulkan hiperprolaktinea lewat
penghambatan efek sentral dopamin.batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat
ini cukup aman. Efek samping umumnyamerupaan perluasan efek farmakodinamiknya.
Gejala idiosinkrasi mungkin timbul,berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia.
Reaksi ini disertai eosinofilia dalam darah perifer.
Kardiovaskular:
CPZ dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal, yaitu:
· Refleks
presor yang penting untuk mempertahankan tekanan darah yang dihambat oleh CPZ.
- CPZ
berefek a-bloker.
- CPZ
menimbulkan efek intropotik negatif pada jantung.
Derivat
etilendiamin
1. Antazolin
efek antihistaminnya tidak terlalu kuat tetapi tidak merangsang selaput lendir
sehingga cocok digunakan pada pengobatan gejala-gejala alergis pada mata dan
hidung.
a) Ripelenamin
digunakan
sebagai krem pada gatal-gatal pada alergi terhadap sinar matahari, sengatan
serangga dan lain-lain.
b) Mepirin
derivat
metoksi dari tripilennamin yang digunakan dalam kombinasi dengan feneramin dan
fenilpropanolamin terhadap hypiper.
c) Klemizol
adalah
derivat –klor yang hanya digunakan pada salep atau suppositoria antiwasir.
Derivat
provilamin
1) Feniramin
: Memiliki daya kerja antihistamin dan meredakan efek batuk yang cukup baik.
2) Klorfeneramin :
adalah derivat klor dengan daya kerja 10x lebih kuat dan dengan derajat
toksisitas yang sama.
3) Deksklorfeneramin
: Adalah bentuk dekltronya 2x lebih kuat dari pada bentuk trasemisnya.
4) Tripolidin
: Adalah derivat dengan rantai sisi pirolidin yang daya kerjanya agak kuat.
Mulai kerjanya pesat dan bertahan lama sampai 24jam (tablet retard).
Sifat-sifat
dan mekanisme kerja antihistaminika
Antihistaminika
adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghindarkan efek atas tubuh dari
histamin yang berlebihan, sebagaimana terdapat pada gangguan-gangguan alergi.
Bila dilihat dari rumus molekulnya, bahwa inti molekulnya adalah etilamin, yang
juga terdapat dalam molekul histamin. Gugusan etilamin ini seringkali berbentuk
suatu rangkaian lurus, tetapi dapat pula merupakan bagian dari suatu struktur
siklik,misalnya antazolin.
Antihistaminika
tidak mempunyai kegiatan-kegiatan yang tepat berlawanan dengan histamin seperti
halnya dengan adrenalin dan turunan-turunannya, tetapi melakukan kegiatannya
melalui persaingan substrat atau ”competitive inhibition”. Obat-obat inipun
tidak menghalang-halangi pembentukan histamin pada reaksi antigen-antibody,
melainkan masuknya histamin kedalam unsur-unsur penerima didalam sel
(reseptor-reseptor) dirintangi dengan menduduki sendiri tempatnya itu. Dengan
kata lain karena antihistaminik mengikat diri dengan reseptor-reseptor yang
sebelumnya harus menerima histamin, maka zat ini dicegah untuk melaksanakan
kegiatannya yang spesifik terhadap jaringan-jaringan. Dapat dianggap etilamin
lah dari antihistaminika yang bersaing dengan histamin untuk sel-sel reseptor
tersebut.
Efek
samping
Karena
antihistaminika juga memiliki khasiat menekan pada susunan saraf pusat, maka
efek sampingannya yang terpenting adalah sifat menenangkan dan menidurkannya.
Sifat sedatif ini adalah paling kuat pada difenhidramin dan promethazin, dan
sangat ringan pada pirilamin dan klorfeniramin. Kadang-kadang terdapat
stimulasi dari pusat, misalnya pada fenindamin. Guna melawan sifat-sifat ini
yang seringkali tidak diinginkan pemberian antihistaminika dapat disertai suatu
obat perangsang pusat, sebagai amfetamin. Kombinasi dengan obat-obat pereda dan
narkotika sebaiknya dihindarkan. Efek sampingan lainnya adalah agak ringan dan
merupakan efek daripada khasiat parasimpatolitiknya yang lemah, yaitu perasaan
kering di mulut dan tengg orokan, gangguan-gangguan pada saluran lambung usus,
misalnya mual, sembelit dan diarrea. Pemberian antihistaminika pada waktu makan
dapat mengurangi efek sampingan ini.
PERTANYAAN
- Apakah anak usia dibawah 3 tahun dapat menggunakan obat fenotiazin ?
- Bagaimana sifat antisitamin ?
- Apakah CTM termasuk antihistamin ? Jika Iya, termasuk turunan apa ?
- Jelaskan efek samping dari antihistamin ?
saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 4 :
BalasHapusmenurut artikel yang saya baca ctm adalah turunan alkilamin yang merupakan antihistamin dengan indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas yang relatif rendah.
terimakasih telah mmebantu menyelesaikan permasalahan yang saya ajukan utami
Hapushai kak.. terimakasih infonya, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 1.. Sebagian kecil disebabkan oleh penyakit menurun. Kejang yang disebabkan oleh meningitis disembuhkan dengan obat anti epilepsi, walaupun mereka tidak dianggap epilepsi.
BalasHapushi surya, sepertinya pe njelasan anda kurang rinci..sehingga sy kurang memahami
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus
BalasHapusBagaimana hubungan antara obat antihistamin dengan mengantuk dan bagaimana cara mencegah mengantuk meskipun mengkonsumsi obat antihistamin
bisakah lebih dijabarkan lagi arion?
HapusJadi gini ryani, untuk jawaban nomor 4 itu CTM turunan dari alkilamin, saya mendapatkan literatur dari Siswandono (1995). Klorfeniramin maleat (CTM) adalah turunan alkilamin yang merupakan antihistamin dengan indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas yang relatif rendah
BalasHapusterimakasih telah membantu menjelaskan kurnia
HapusSaya akan mnjwab soalnya nmor 2,Antihistamin adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati rinitis alergi dan alergi lainnya.Antihistamin dapat memberikan rasa lega ketika seseorang mengalami hidung tersumbat, bersin, atau gatal karena serbuk sari, tungau debu rumah, atau alergi hewan.Biasanya orang menggunakan antihistamin sebagai obat pasar generik yang murah, dengan sedikit efek samping.Sebagai alternatif untuk menggunakan antihistamin, orang yang menderita alergi malah dapat menghindari zat yang mengiritasi mereka. Namun, ini tidak selalu mungkin karena beberapa zat, seperti serbuk sari, terbawa di udara, sehingga membuat reaksi alergi yang disebabkan oleh mereka umumnya tidak dapat dihindari.Antihistamin biasanya digunakan untuk pengobatan jangka pendek.Alergi kronis meningkatkan risiko masalah kesehatan yang mungkin tidak dapat diobati oleh antihistamin, termasuk asma, sinusitis, dan infeksi saluran pernapasan bawah.Dokter menyarankan agar orang berbicara dengan mereka sebelum penggunaan antihistamin dalam jangka waktu yang lebih lama.
BalasHapusterimakasih telah membantu permasalahan saya, ini sangat membantu sekali
Hapusbaiklah saya akan menjawab pertanyaan nomor 4, efek samping dari histamin adalah bisa menyebabkan kantuk, pusing, adanya perasaan kering dimulut dan tenggorokan
BalasHapusadakah efek samping yang lain? yang lebih besar roza..
Hapus